Minggu, 23 November 2014
URGENSI PEMIKIRAN KRITIS (Refleksi Paradigma PMII)
Bersifat kritis bukan hal yang baru
bagi warga pergerakan PMII. PMII yang pada dasarnya menganut dan menyakini
bahwa sebagai kader pergerakan harus memiliki paradigma kritis. Paradigama kritis
yang dimaksudkan bukan hanya dari cara berpikir namun harus juga diimbangi
dengan cara bersikap. Itulah manifestasi mendasar dari paradigma kritis
transformatif yang selama ini dianut oleh PMII. Kemampuan berpikir kritis tidak
bisa diharapkan serta merta ada tanpa harus diimbangi dengan kemampuan menelaah
dan membedah teori-teori yang ada. Beda antara kader pergerakan dengan
mahasiswa biasa, atau katakan insan akademis, terletak pada kemampuan seorang
kader untuk menerjemahkan struktur teoritis menjadi basis gerakan dan cara
bersikap.
Untuk mengantarkan kader PMII yang
berparadigma seperti itu, perlu dilakukan kajian yang mendalam dan fokus study kaderisasi
yang concern mencerna isu-isu berkembang. Hal ini dimaksudkan untuk menambah
kemampuan seorang kader dalam membaca realitas Indonesia dan realitas global. Kemampuan
membaca realitas global dan lokal menjadi penting supaya seorang kader tidak
terjebak dalam arus mainstream yang terkadang melakukan rekayasa realitas. Sebagai
bahan perbandingan, apabila kader PMII hanya mampu menyerap berita media dan
hanya mampu membaca yang ada (pemahaman literal), tentu sangat berbahaya bagi
entitas gerakan PMII. Gerakan PMII bisa menjadi gerakan yang berbasis kepada
arus mainstream yang terkadang juga digerakkan oleh kepentingan elit atau kaum
kapital. Maka secara tidak langsung kader PMII menjadi follower kepentingan
elit dan kaum kapital.
Jumat, 26 September 2014
RUU PILKADA: BENTURAN KEPENTINGAN ANTARA RAKYAT DENGAN “RAKYAT”
Parodi
Paripurna dan Rasa Humor Anak-Anak
Pengesahan RUU
Pilkada kemaren menjadi pusat perhatian bagi masyarakat. Selama proses
paripurna, saya sempat berjalan keliling mau beli rokok dan yang menjadi
perhatian saya adalah rata-rata masyarakat nonton dan menunggu hasil dari
paripurna DPR. Hanya beberapa rumah saja yang saya perhatikan TV nya anti mainstream
(tidak ikut-ikutan nonton paripurna DPR). Hehe... Hal ini bagi saya sangat
menarik dan fenomena seperti ini menjadi langka. Artinya, ada hiburan gratis
bagi masyarakat yang sudah lelah dengan politik caci maki. Sekali-kali butuh
hiburan juga lihat boneka lucu-lucu yang bernama DPR. Begitu terfokusnya
perhatian masyarakat, sampai-sampai di PM BBM semuanya berkomentar dengan
gayanya masing-masing menyoroti paripurna DPR. Saya jadi ingat pernyataan Gus
Dur yang begitu fenomenal, DPR seperti taman kanak-kanak. Bukankah mengamati
anak-anak merupakan suatu hiburan bagi orang dewasa??? Hehe...
Kembali ke
konteks mengenai RUU Pilkada yang disahkan oleh DPR. Menurut saya paripurna
kemaren merupakan benturan kepentingan antara rakyat dengan “rakyat”. Kenapa
demikian? Lihat saja dari statemen dan rasionalisasi yang dibangun oleh anggota
DPR yang mendukung ataupun yang menolak pilkada langsung dan tidak langsung.
Semuanya berdalih atas nama, demi, dan untuk kepentingan rakyat. Luar biasa
bukan??? Saya jadi teringat dengan syairnya WS Rendra, “maksud baik dan maksud
baik saling beradu. Maksud baik tuan untuk siapa?”. Dua kelompok yang
bertentangan bisa mengadu dua maksud baik yang saling bertentangan. Begitulah DPR
dengan segala maksud baiknya. Menarik juga melihat pimpinan sidang paripurna,
Priyo Budi Santoso. Beliau cukup elegan memimpin paripurna krusial ini dan
seperti pembina taman kanak-kank mengarahkan anak asuhnya untuk tidak ribut dan
tidak berebut show up kepada masyarakat.
Bagi saya yang
hanya masyarakat biasa, selalu menunggu paripurna DPR yang membahas isu-isu
krusial. Hal ini merupakan tontonan lawakan gratis dan menghibur sehingga kita
sebagai masyarakat menjadi lupa sejenak tentang beratnya hidup. Terimakasih
anggota DPR dengan segala tingkahnya. Paripurna juga menyisakan cerita, walk
out nya fraksi partai Demokrat dari rapat paripurna. Setelah tindakan walk out
tersebut Gede Pasek Suardika, salah seorang anggota fraksi demokrat menggunakan
bahasa satir untuk membela langkah yang diambil oleh fraksinya.pasek
mengatakan, “kami hanya meniru partai senior yang sering walk out dalam
paripurna (baca: PDI Perjuangan)”. Bagi saya bahasa-bahasa satir seperti ini
cukup menggelikan, apakah ini balas dendam yang sempurna atau hanya retorika
tanpa makna? Semua kita bisa menafsirkan macam-macam.
Pilkada
langsung atau tidak langsung?
Hasil
dari paripurna yang didapatkan dari voting anggota DPR menyatakan bahwa kepala
daerah nantinya akan dipilih oleh DPRD. Hal ini disambut dengan berbagai
argumen tokoh masyarakat dan masyarakat itu sendiri. Banyak yang kontra dan
tidak sedikit juga yang pro. Keputusan pemilihan kepala daerah oleh DPRD tidak
bisa disimplifikasi menjadi pemilihan yang tidak demokratis atau bahkan dengan
bahasa ekstrim dianggap mematikan demokrasi. Sebenarnya, Pilkada langsung dan
pilkada tidak langsung sama-sama memiliki kelebihan dan kekurangan.
Rabu, 10 September 2014
Ancaman Isis Terhadap Pertahanan Keamanan Nasional
Sejarah terbentuknya ISIS
atau ISIL
Pembicaraan tentang ISIS (Islamic
State of Iraq and Syria) atau yang dikenal di Amerika Serikat dengan ISIL (Islamic
State of Iraq and the Levant), menjadi sangat fenomenal dalam beberapa
bulan terakhir di Indonesia. Kalau dianalisis secara komprehensif, sebenarnya
organisasi ini terkait dengan mainstream gerakan Salafiyah Jihadiyah
yang tersebar sebagai ideologi bagi penganut fundamentalisme Islam. Ideologi
salafiyah jihadiyah yang dikemas dengan tujuan pendirian negara Islam (daulah
Islamiyah), merupakan sebuah magnet yang cukup kuat dan bisa menarik
berbagai kelompok untuk ikut tergabung di dalamnya.
Menurut sejarahnya, organisasi Daulah
al-Islamiyah pada awalnya terbagi menjadi dua. Pertama, Daulah al-Islamiyah
fil Iraq yang dikenal dengan “Daisy” dan dihubungkan dengan kelompok Tauhid
wal Jihad yang didirikan oleh tokoh yang berasal dari Yordania, Abu Musa
al-Zarqawi di Iraq pada tahun 2004 pasca invasi militer Amerika Serikat.
Kemunculan Zarqawi tidak bisa dilepaskan dari pengaruh kuat Osama bin Laden,
karena Zarqawi menyatakan kesetiaannya kepada Osama dan menjadi bagian dari
al-Qaeda. Kedua, pada tahun 2006 dibentuk
juga dewan Syuro Mujahidin di bawah kepemimpinan Abdullah Rasheed
al-Baghdadi.
Pada pertengahan tahun 2006, Zarqawi
terbunuh dalam serangan Amerika Serikat dan kepemimpinan Daulah al-Islamiyah
beralih ke Abu Hamza al-Mohajir. Namun Abu Hamza pun juga terbunuh pada tahun
2010. Tidak lama setelah terbunuhnya Abu Hamza, dewan Syuro memilih Abu Bakar
al-Baghdadi sebagai pemimpin Daulah Iraq Islamiyah. Pada tanggal 9 April
2013 dimunculkan rekaman suara yang dikaitkan dengan Abu Bakar al-Baghdadi.
Dalam rekaman tersebut dinyatakan bahwa Jabhah Nushrah (Front
Kemenangan) di Syria merupakan bagian dari Daulah Iraq Islamiyah. Pada
akhirnya nama Daulah Iraq Islamiyah dan Jabhah Nushrah dihapuskan
dan diganti dengan Daulah Islamiyah fil Iraq wa asy-Syam, yang dikenal
dengan ISIS atau ISIL.
Pada awalnya Jabhah Nushrah
menerima bergabung dengan gerakan ISIS. Namun perkembangan selanjutnya terjadi
perselisihan dan bahkan konfrontasi senjata antara Jabhah Nushrah dengan
ISIS. Hal ini terkait dengan penguasaan dan pengendalian beberapa daerah di Syria.
Perselihan ini juga muncul diakibatkan adanya pemahaman Islam yang sangat
radikal dalam penerapan syariat dari kalangan ISIS. ISIS menjatuhkan hukuman
mati kepada sejumlah tokoh kabilah yang bertentangan dengan mereka. adanya
pertentangan antara ISIS dengan berbagai kelompok jihad yang lain di Syria
menyebabkan adanya pertentangan yang lebih luas yaitu antara al-Qaeda dan ISIS.
Melihat perkembangan dan kronologis
terjadinya konfrontasi antara ISIS dengan berbagai kelompok jihad yang ada di
Iraq dan juga di Syria, maka posisi ISIS menjadi sangat problematis dan
dipertanyakan. Disatu sisi ISIS membawa ideologi jihad, namun di sisi yang lain
mereka berlawanan dengan kelompok jihad yang ada. Namun fakta tersebut tidak
mengurangi magnet ISIS dan mendapatkan dukungan dari masyarakat muslim di
berbagai negara, termasuk sebagian kecil masyarakat Indonesia.
Indonesia sebagai destinasi
prospektif ISIS
Indonesia merupakan destinasi
penyebaran ideologi jihad ISIS yang prospektif. Hal tersebut disebabkan ada
beberapa faktor. Pertama, jumlah mayoritas masyarakat muslim yang sangat besar.
Kedua, banyak munculnya gerakan-gerakan radikal yang membawa simbol jihadisme
dan pendirian Khilafah Islamiyah. Ketiga, banyaknya warga negara
Indonesia yang ikut terlibat dalam gerakan jihad internasional sehingga
terpengaruh dengan gerakan ISIS. Kelompok jihad ini tentu akan membawa pengaruh
yang sangat besar dalam usahanya melakukan indoktrinasi terhadap masyarakat
yang lain.
Langganan:
Postingan (Atom)