Rabu, 19 September 2012
Mahasiswa dan Tanggung Jawab Sosial
Mendefinisikan mahasiswa secara
sederhana akan menafikan peranannya yang nyata dalam perkembangan arus bangsa.
Ketika kita mencoba menyederhanakan peran mahasiswa dengan mengambil definisi
‘setiap orang yang belajar di perguruan tinggi’, definisi itu akan menjadi
pembusukan esensi dari mahasiswa. Jadilah mahasiswa menjadi teralienasi dengan
kehidupan sosial, dan kampus menjadi belahan bumi lain dari tatanan bumi secara
global.
Mengingat sejarah panjang mahasiswa
dalam perannya membangun bangsa, seorang Indonesianis, Ben Anderson menyatakan
bahwa, sejarah Indonesia adalah sejarah pemudanya. Mengartikan bahwa pemuda
yang dimaksud disini adalah mahasiswa tentu akan lebih fair karena sejarah
menentukan seperti itu. Mengacu kepada moment penting cikal bakal penyatuan
asa kemerdekaan bangsa dalam sumpah pemuda, dinaungi oleh kaum intelegensia
dari berbagai daerah yang notabenenya mahasiswa. Maka menafikan perjuangan
mahasiswa dalam bangsa dan negara jelas sebuah distorsi sejarah yang sangat
menyakitkan. Karena bagi kita semua, sejarah masa lalu adalah cermin bagi masa
kini dan masa yang akan datang, dan sejarah adalah instrumen pokok untuk
merefleksikan diri menatap akar penyelesaian masalah bangsa hari ini.
Rabu, 12 September 2012
Pengkhianat(an) Politik
Judul
ini terinspirasi karena kemirisan hati melihat tingkah laku para politisi yang
busuk secara etika walaupun benar secara konstitusional. Mudah mengumbar janji
dan mudah juga untuk melupakan. Seperti lagu dangdut yang begitu melegenda
dikuping kita, kau yang berjanji, kau yang mengingkari. Hal ini tejadi karena
banyaknya para manusia politik yang dominasi dirinya terhegemoni dengan sifat
buruknya untuk mengumbar janji sebanyak-banyaknya dan kemudian mengkhianatinya.
Pembenaran secara konstitusi akan tetapi bobrok secara etika merupakan bukti
nyata bahwa ternyata konstitusi juga gagal dalam menaati norma dan etika (baca:
konstitusi tak beretika). Apabila ditarik lagi lebih jauh, siapa yang membuat
konstitusi tersebut? Jangan-jangan dibuat juga oleh orang yang etikanya
“bengkok”????
Secara sederhana kita bisa
mendefenisikan khianat dengan orang yan.g tidak menepati janji setelah dia
mengikrarkan janjinya. Defenisi sederhana tersebut membawa kita pada pemahaman
yang luas bahwa setiap apapun dan siapapun orangnya yang tidak menepati janji
maka dia bisa disebut pengkhianat. Janji itu adalah kesepakatan dua pihak atau
lebih. Seseorang tidak akan bisa berjanji sendirian. Adapun ketika berjanji
pada diri sendiri itupun pada hakikatnya adalah perjanjian antara jasmani dan
rohani. Dalam islampun ketika roh ditiupkan di dalam rahim ibu, kita sudah
mulai melakukan perjanjian pertama dengan Allah. Perjanjian manusia dengan
Allah itu dinukilkan dalam alqur’an surat al a’araf ayat 172.
“dan
(ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi
mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman):
"Bukankah aku ini Tuhanmu?" mereka menjawab: "Betul (Engkau
Tuhan kami), Kami menjadi saksi". (kami lakukan yang demikian itu) agar di
hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya Kami (Bani Adam) adalah
orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)",
Langganan:
Postingan (Atom)