Minggu, 21 Oktober 2012
PMII SUMATERA BARAT?? ABSURD
Seperti yang telah pernah saya singgung dalam tulisan
sebelumnya, “Mahasiswa dan Tanggung Jawab Sosial”, bahwa kekuatan
mahasiswa berada pada kekuatan daya nalarnya (student power of the reason).
Kita tarik adagium itu ke dalam cakupan yang lebih kecil, yaitu membincangkan
PMII Sumatera Barat. Pertanyaan yang ingin saya ajukan adalah, apakah anggota,
kader, dan bahkan senior PMII Sumatera Barat masih kuat dalam daya nalar
otaknya? Berangkat dari titik pertanyaan itu, saya pikir kita harus berbenah
dan sama merefleksikan diri secara kaffah. Diawal tulisan ini saya
mengajak kepada seluruh senior, anggota, dan kader tanpa kecuali, mari kita
lepaskan dulu unsur ego sahabat-sahabat semua, kita harus berani menampar wajah
sendiri sebelum orang lain yang melakukan itu kepada kita. Sepakat kan???
Berefleksi dengan sejarah panjang PMII Padang, akan
membawa kita pada kenangan yang sangat manis. Dalam era kontemplasi pencarian
jati diri cabang Padang sebagai salah satu cabang yang paling tua di Sumatera,
kita pernah tertulis dalam sejarah yang berliku. Pernah besar, jatuh, bangkit
lagi, kandas lagi, dan kembali membangun kekuatan baru untuk menapaki kekuatan
pergerakan di tahun 2006 sampai sekarang. Ketika mencermati sejarah panjang
tersebut, tidak ada kata bagi kita untuk menjadi kader cengeng dan manja,
karena kita telah biasa ditempa oleh berbagai halangan dan rintangan. PMII
Padang dan Sumatera Barat umumnya tidak akan mudah hancur hanya denga persoalan
kebodohan dari beberapa pihak, karena alam telah mengajarkan kita untuk mampu survive
sampai saat ini.
Sangat ironis memang ketika kita membincangkan PMII Sumatera
Barat dalam bentuk konsepsi mendalam. Tak usahlah berbicara menyatukan konsepsi
dalam sebuah kepentingan bersama, untuk bicara konsepsi kaderisasipun masih
disusupi perasaan yang saya sebut dengan “kecurigaan multi perspektif”.
Kecurigaan multi perspektif itu muncul bukan “by nature”, tapi
diciptakan. Saya tak menyebut siapa yang menjadi objek pencipta ini semua, yang
jelas kita akui atau tidak, itu ada dan masih dalam tahap berproses. Seharusnya
sebagai mahasiswa yang dikenal dengan knowledge worker dan kekuatannya
yang berada dalam kekuatan daya nalar, PMII harus berani menyingkirkan wacana
yang kontra produktif tersebut. Saya berkeyakinan, selama elemen yang ada di
PMII Sumatera Barat masih childish (kekanak-kanakan), PMII sumatera
tetap menjadi absurd. Absurditas itu akan mematik api ego sentris antar cabang.
Tidak bisa membangun sinergitas kaderisasi saja adalah bukti kalau kita masih
jadi sampah. Otak dan akal pada fitrahnya diciptakan bukan untuk melihat segala
sesuatu dengan aspek kecurigaan.
Berangkat dari teori filsafat klasik yang dicetuskan oleh
Aristokles (Plato), manusia itu pada dasarnya memulai sesuatu dalam konsep being
(berada). Teori ini dipakai oleh beberepa pemikir kontemporer, dan
dikembangkan. Muhammad Syahrur misalnya, membuat konsepsi itu menjadi tiga hal,
kondisi being (berada), kondisi berproses, dan kondisi becoming (menjadi).
Menurut saya, teori inipun berlaku bagi kader PMII dimanapun berada. Ketika
sahabat-sahabat mulai menapaki niat untuk ber-PMII, sahabat-sahabat baru berada
dalam kondisi berada, dan selanjutnya anda dalam kondisi berproses. Nah, tentu
saja kondisi berproses akan mempengaruhi kondisi menjadi sahabat-sahabat
semuanya. Ketika dalam kondisi being bagus, sedangkan dalam berproses
tidak bagus, hasilnya juga tak akan sempurna. Namun berbeda, ketika dalam
kondisi being sahabat-sahabat tidak bagus, tapi kondisi berproses sahabat-sahabat
sukses, maka hasilnya akan bagus. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa kondisi
berproses adalah kondisi yang sangat vital untuk mempengaruhi sikap dan mental
kita semua. Kondisi berproses yang saya maksudkan adalah kaderisasi.
Ketika kita berada dalam kondisi menjadi, maka kondisi
dibelakang yang mempengaruhi kondisi menjadi itu tidak bisa dilepaskan. Lihat
dulu kondisi berada dan berprosesnya. Secara sederhananya, ketika seorang yang
telah menjadi kader, tapi isi otaknya tak lebih dari ingus, maka mungkin ada something
error. Perlu proses instalisasi kaderisasi lagi bagi mereka. Bahasa
lembutnya, MAPABA ulang lebih baik bagi sahabat-sahabat. Lebih-lebih bagi yang
merasa dirinya telah senior, ketika hanya bisa menjadi racun buat juniornya,
maka pilihan yang tersisa adalah go to hell for your concepts. Langkah alternatif
yang lebih tepat adalah pahamilah kondisi berproses kita masing-masing.
Seseorang yang dihasilkan dengan cara yang instan, biasanya tidak akan bertahan
lama. Ingat teori evolusi, makhluk hidup yang mampu survive itu bukanlah
makhluk yang paling kuat, tapi yang mampu survive itu adalah makhluk
yang bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
Saya sering bergumam sendiri ketika mendengar ada proses
kaderisasi ecek-ecek. Seniornya yang bodoh atau memang juniornya yang
tidak mampu menjadi cerdas. PMII Sumatera Barat bagi saya adalah rumah
gadang yang kokoh. Dia punya tonggak-tonggak yang memberi kekuatan untuk
merasakan kehidupan dengan penuh konsepsi dalam berbagai perspektif. Belajar berproses
untuk kehidupan yang lebih baik. Maka musuh paling besar yang harus kita hadapi
bersama adalah orang-orang yang hanya menjadikan PMII sebagai kudo palajang
bukik, tanpa ada niat yang tulus membesarkan PMII.
Alhamdulillah, ketika saya menjalani proses dicabang,
sahabat-sahabat selalu menjadi penguat kesadaran kolektif kebersamaan. Tidak
ada yang melarang kita semua untuk mengecap kehidupan pragmatis, hedonis, dan
idealis. Itu semua pilihan ketika kondisi berproses telah dijalani dengan baik.
Hasil bukanlah segalanya, yang terpenting bagaimana kondisi berprosesnya.
Jangan ada lagi kecurigaan multi perspektif. Ketika bicara kaderisasi, pure
kaderisasi. Apalagi yang dilakukan PMII selain kaderisasi (formal, informal,
dan non formal)? Kegiatan lain itu adalah suplemen organisasi, sedangkan
makanan pokoknya tetap kaderisasi toh. Bukankah begitu wahai para
senior?? Tolong beri pencerahan jika saya salah memaknai PMII sebagai
organisasi kader, karena itu adalah pemahaman sederhana saya sampai sekarang.
PMII Sumatera Barat harus berani meredefinisikan diri
agar tetap eksis dan survive. Perjuangan alternatif buat PMII yang
paling nyata sekarang adalah membangun tema-tema perjuangan dalam bentuk
gerakan sosial dan keadilan dalam konsep kaderisasi. Ketika orientasi
kaderisasi PMII Sumatera Barat hanya menggunakan logika politik, maka PMII juga
akan menjadi bangkai sejarah. Membangun PMII Sumatera Barat dalam frame
kepentingan dan tak mampu melepaskan diri dari kecurigaan multi perspektif
antar cabang sama dengan menyiapkan kuburan massal buat organisasi dan
kader-kader yang kita cintai. pahamilah, kita ini keluarga besar yang
dilahirkan untuk perubahan bangsa menjadi lebih baik. Ketika kita masih
bermental tempe, PMII Sumatera Barat tetap akan menjadi absurd. Sudah saatnya
kita pure bicara konsepsi kepentingan PMII dalam bentuk aksi nyata di
Sumatera Barat. Salam revolusi cerdas. We are the big family…
Ciputat, 20 Oktober
2012
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
1 komentar:
Mantap Bro.....Lanjutkan Tulisan nya....
http://sisawahrumbai.blogspot.com/2012/10/manusia-yang-lemah-jiwanya.html
Posting Komentar