“Pencerahan adalah keluarnya manusia dari ketidakdewasaan yang dibuatnya sendiri. Ketidakdewasaan adalah ketidakmampuan untuk menggunakan pemahaman sendiri, tanpa bantuan dari orang lain. Ketidakdewasaan yang dibuat sendiri ini tidak terjadi karena kurangnya pemahaman, melainkan karena tidak adanya keberanian, yakni ketidakberanian untuk menggunakan pemahaman tanpa arahan dari orang lain. Sapere Aude! Beranilah untuk menggunakan pemahamanmu sendiri! Itulah semboyan Pencerahan” - Immanuel Kant - "sebuah catatan ringan buah peradaban." by: Aidil#

Minggu, 21 Oktober 2012

PMII SUMATERA BARAT?? ABSURD


     Seperti yang telah pernah saya singgung dalam tulisan sebelumnya, “Mahasiswa dan Tanggung Jawab Sosial”, bahwa kekuatan mahasiswa berada pada kekuatan daya nalarnya (student power of the reason). Kita tarik adagium itu ke dalam cakupan yang lebih kecil, yaitu membincangkan PMII Sumatera Barat. Pertanyaan yang ingin saya ajukan adalah, apakah anggota, kader, dan bahkan senior PMII Sumatera Barat masih kuat dalam daya nalar otaknya? Berangkat dari titik pertanyaan itu, saya pikir kita harus berbenah dan sama merefleksikan diri secara kaffah. Diawal tulisan ini saya mengajak kepada seluruh senior, anggota, dan kader tanpa kecuali, mari kita lepaskan dulu unsur ego sahabat-sahabat semua, kita harus berani menampar wajah sendiri sebelum orang lain yang melakukan itu kepada kita. Sepakat kan???
   Berefleksi dengan sejarah panjang PMII Padang, akan membawa kita pada kenangan yang sangat manis. Dalam era kontemplasi pencarian jati diri cabang Padang sebagai salah satu cabang yang paling tua di Sumatera, kita pernah tertulis dalam sejarah yang berliku. Pernah besar, jatuh, bangkit lagi, kandas lagi, dan kembali membangun kekuatan baru untuk menapaki kekuatan pergerakan di tahun 2006 sampai sekarang. Ketika mencermati sejarah panjang tersebut, tidak ada kata bagi kita untuk menjadi kader cengeng dan manja, karena kita telah biasa ditempa oleh berbagai halangan dan rintangan. PMII Padang dan Sumatera Barat umumnya tidak akan mudah hancur hanya denga persoalan kebodohan dari beberapa pihak, karena alam telah mengajarkan kita untuk mampu survive sampai saat ini.
    Sangat ironis memang ketika kita membincangkan PMII Sumatera Barat dalam bentuk konsepsi mendalam. Tak usahlah berbicara menyatukan konsepsi dalam sebuah kepentingan bersama, untuk bicara konsepsi kaderisasipun masih disusupi perasaan yang saya sebut dengan “kecurigaan multi perspektif”. Kecurigaan multi perspektif itu muncul bukan “by nature”, tapi diciptakan. Saya tak menyebut siapa yang menjadi objek pencipta ini semua, yang jelas kita akui atau tidak, itu ada dan masih dalam tahap berproses. Seharusnya sebagai mahasiswa yang dikenal dengan knowledge worker dan kekuatannya yang berada dalam kekuatan daya nalar, PMII harus berani menyingkirkan wacana yang kontra produktif tersebut. Saya berkeyakinan, selama elemen yang ada di PMII Sumatera Barat masih childish (kekanak-kanakan), PMII sumatera tetap menjadi absurd. Absurditas itu akan mematik api ego sentris antar cabang. Tidak bisa membangun sinergitas kaderisasi saja adalah bukti kalau kita masih jadi sampah. Otak dan akal pada fitrahnya diciptakan bukan untuk melihat segala sesuatu dengan aspek kecurigaan.
   Berangkat dari teori filsafat klasik yang dicetuskan oleh Aristokles (Plato), manusia itu pada dasarnya memulai sesuatu dalam konsep being (berada). Teori ini dipakai oleh beberepa pemikir kontemporer, dan dikembangkan. Muhammad Syahrur misalnya, membuat konsepsi itu menjadi tiga hal, kondisi being (berada), kondisi berproses, dan kondisi becoming (menjadi). Menurut saya, teori inipun berlaku bagi kader PMII dimanapun berada. Ketika sahabat-sahabat mulai menapaki niat untuk ber-PMII, sahabat-sahabat baru berada dalam kondisi berada, dan selanjutnya anda dalam kondisi berproses. Nah, tentu saja kondisi berproses akan mempengaruhi kondisi menjadi sahabat-sahabat semuanya. Ketika dalam kondisi being bagus, sedangkan dalam berproses tidak bagus, hasilnya juga tak akan sempurna. Namun berbeda, ketika dalam kondisi being sahabat-sahabat tidak bagus, tapi kondisi berproses sahabat-sahabat sukses, maka hasilnya akan bagus. Saya hanya ingin menunjukkan bahwa kondisi berproses adalah kondisi yang sangat vital untuk mempengaruhi sikap dan mental kita semua. Kondisi berproses yang saya maksudkan adalah kaderisasi.
  Ketika kita berada dalam kondisi menjadi, maka kondisi dibelakang yang mempengaruhi kondisi menjadi itu tidak bisa dilepaskan. Lihat dulu kondisi berada dan berprosesnya. Secara sederhananya, ketika seorang yang telah menjadi kader, tapi isi otaknya tak lebih dari ingus, maka mungkin ada something error. Perlu proses instalisasi kaderisasi lagi bagi mereka. Bahasa lembutnya, MAPABA ulang lebih baik bagi sahabat-sahabat. Lebih-lebih bagi yang merasa dirinya telah senior, ketika hanya bisa menjadi racun buat juniornya, maka pilihan yang tersisa adalah go to hell for your concepts. Langkah alternatif yang lebih tepat adalah pahamilah kondisi berproses kita masing-masing. Seseorang yang dihasilkan dengan cara yang instan, biasanya tidak akan bertahan lama. Ingat teori evolusi, makhluk hidup yang mampu survive itu bukanlah makhluk yang paling kuat, tapi yang mampu survive itu adalah makhluk yang bisa beradaptasi dengan perubahan lingkungan.
     Saya sering bergumam sendiri ketika mendengar ada proses kaderisasi ecek-ecek. Seniornya yang bodoh atau memang juniornya yang tidak mampu menjadi cerdas. PMII Sumatera Barat bagi saya adalah rumah gadang yang kokoh. Dia punya tonggak-tonggak yang memberi kekuatan untuk merasakan kehidupan dengan penuh konsepsi dalam berbagai perspektif. Belajar berproses untuk kehidupan yang lebih baik. Maka musuh paling besar yang harus kita hadapi bersama adalah orang-orang yang hanya menjadikan PMII sebagai kudo palajang bukik, tanpa ada niat yang tulus membesarkan PMII.
  Alhamdulillah, ketika saya menjalani proses dicabang, sahabat-sahabat selalu menjadi penguat kesadaran kolektif kebersamaan. Tidak ada yang melarang kita semua untuk mengecap kehidupan pragmatis, hedonis, dan idealis. Itu semua pilihan ketika kondisi berproses telah dijalani dengan baik. Hasil bukanlah segalanya, yang terpenting bagaimana kondisi berprosesnya. Jangan ada lagi kecurigaan multi perspektif. Ketika bicara kaderisasi, pure kaderisasi. Apalagi yang dilakukan PMII selain kaderisasi (formal, informal, dan non formal)? Kegiatan lain itu adalah suplemen organisasi, sedangkan makanan pokoknya tetap kaderisasi toh. Bukankah begitu wahai para senior?? Tolong beri pencerahan jika saya salah memaknai PMII sebagai organisasi kader, karena itu adalah pemahaman sederhana saya sampai sekarang.
    PMII Sumatera Barat harus berani meredefinisikan diri agar tetap eksis dan survive. Perjuangan alternatif buat PMII yang paling nyata sekarang adalah membangun tema-tema perjuangan dalam bentuk gerakan sosial dan keadilan dalam konsep kaderisasi. Ketika orientasi kaderisasi PMII Sumatera Barat hanya menggunakan logika politik, maka PMII juga akan menjadi bangkai sejarah. Membangun PMII Sumatera Barat dalam frame kepentingan dan tak mampu melepaskan diri dari kecurigaan multi perspektif antar cabang sama dengan menyiapkan kuburan massal buat organisasi dan kader-kader yang kita cintai. pahamilah, kita ini keluarga besar yang dilahirkan untuk perubahan bangsa menjadi lebih baik. Ketika kita masih bermental tempe, PMII Sumatera Barat tetap akan menjadi absurd. Sudah saatnya kita pure bicara konsepsi kepentingan PMII dalam bentuk aksi nyata di Sumatera Barat. Salam revolusi cerdas. We are the big family

Ciputat, 20 Oktober 2012


1 komentar:

Unknown mengatakan...

Mantap Bro.....Lanjutkan Tulisan nya....

http://sisawahrumbai.blogspot.com/2012/10/manusia-yang-lemah-jiwanya.html

Posting Komentar

 
Free Website templateswww.seodesign.usFree Flash TemplatesRiad In FezFree joomla templatesAgence Web MarocMusic Videos OnlineFree Wordpress Themeswww.freethemes4all.comFree Blog TemplatesLast NewsFree CMS TemplatesFree CSS TemplatesSoccer Videos OnlineFree Wordpress ThemesFree CSS Templates Dreamweaver