Sabtu, 02 November 2013
Pengurus “bayangan”
Adam Wise menulis sebuah buku dengan judul invisible government (pemerintah
bayangan). Di dalam bukunya dia menjelaskan tentang peranan CIA dalam
memberikan arahan terhadap negara lain. Tidak hanya sekedar arahan semata, tapi
CIA bermaksud menjadi pemerintahan bayangan di negara-negara lain. Perdebatan mengenai
hal ini sangat populer dikalangan masyarakat dan kaum intelektual ketika
terjadi peralihan kekuasaan dari Soekarno kepada Soeharto. Ketika itu orang
beranggapan bahwa konstelasi politik yang terjadi di Indonesia adalah by
design dari Amerika Serikat. Namun terlepas dari sejarah masa lalu dan
perdebatan yang cukup hangat dalam dunia intelijen, disadari atau tidak,
pemerintah bayangan itu ada.
Pemerintah bayangan tidak saja dilekatkan kepada pemerintah negara secara
formal, tetapi juga dalam setiap hal yang berkaitan dengan sebuah asosiasi atau
perkumpulan. Sebut saja misalnya dalam sebuah organisasi, akan selalu ada pengurus
bayangan yang diluar struktur, namun tetap mempengaruhi struktural yang legal. Dalam
teori kepemimpinan, biasanya hal ini disebut dengan kepemimpinan formal dan
kepimpinan non formal. Biasanya pemimpin non formal ini dianggap sebagai orang punya pengaruh kuat
atau punya daya upaya untuk mempengaruhi kepemimpinan formal. Namun, dalam
menyebut pemimpin non formal, saya menggunakan logika pengaruh positif. Artinya
kepemimpinan non formal dalam hal ini punya pengaruh positif yang mendapatkan
peranan kunci (key position) terhadap organisasi. Dalam hal ini kalau
kita menelaah buku yang ditulis oleh Adam Wise, tentu yang dimaksud adalah
pemerintah bayangan dalam artian negatif. Pemerintah yang memberikan perintah pemerintah
yang formal dan mendesain sebuah kejadian dan hanya menghendaki kepentingan
kelompok atau pribadi tertentu.
Kembali kepada konteks sebuah organisasi (terkhusus organisasi mahasiswa), peranan invisible board (pengurus
bayangan) ini biasanya dimainkan oleh orang yang punya pengaruh, tetapi tidak
berada dalam lingkaran kepemimpinan formal struktural. Pelakunya siapa? Siapa saja
bisa melakukannya, tapi peluang paling besar dilakukan oleh “senior”. Senior biasanya
mempunyai pengaruh yang kuat, namun tak jarang pula pengaruh itu digunakan
untuk melancarkan agenda pencapaian maksud tertentu. Tak jarang dalam sebuah
organisasi, pengurus harian atau bahkan ketua dikendalikan oleh invisible board
ini. Pengurus yang mengurusi pengurus, pemerintah yang menguasai pemerintah. Pengurus
legal hanya dijadikan sebagai boneka bayangan perpanjangan tangan dari senior. Sampai
dalam hal kebijakan yang harusnya menjadi domain absolut dari pengurus legalpun
tidak lepas dari instruksi senior.
Hal ini
menurut saya merupakan sebuah pembusukan regenerasi yang mengakibatkan generasi
selanjutnya tidak bisa bebas berkreasi, karena harus mengikuti senior. Padahal,
dari dulu Kant membawa agenda pencerahan dengan konsep Sapere Aude (berani
berpikir sendiri). Mari kita renungkan perkataan Kant, “Pencerahan adalah
keluarnya manusia dari ketidakdewasaan yang dibuatnya sendiri. Ketidakdewasaan
adalah ketidakmampuan untuk menggunakan pemahaman sendiri tanpa bantuan dari
orang lain. Ketidakdewasaan yang dibuatnya sendiri ini terjadi karena kurangnya
pemahaman, melainkan karena tidak ada keberanian, yaitu keberanian untuk
menggunakan pemahaman sendiri tanpa arahan dari orang lain”.
Harusnya ini menjadi pelajaran penting bagi kita
semua, untuk kembali berpikir mana yang terbaik untuk kita sendiri sebagai
mahasiswa yang berkecimpung dalam organisasi. Lepaskan diri dari senior yang
kontra produktif terhadap perubahan dan tidak mengerti dengan keadaan zaman. Kun
ibna zamanika...
Ciputat, 2 November 2013
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar